ABU MUSA AL-ALMAANI
|
|
0 comments
Abu Musa Al-Almaani, dari Jerman. Kameramen mujahidin Bosnia. Syahid pada operasi Miracle, Bosnia, 21 Juli 1995. Kisah dari orang pertama.
"Saya berpikir apakah lebih baik melempar granat ke dalam atau menaruh kamera di dalam bunker… "
Abu Musa dilahirkan dari keluarga asal Turki di Jerman, namun keluarganya tidak memiliki uang sehingga menjualnya ke sebuah keluarga Jerman, yang mengasuhnya sebagai seorang non-Muslim. Di masa kecilnya, ia menjadi seorang siswa teladan dan bertingkah laku sangat baik. Tidak seorangpun merasa bahwa ia berbeda karena warna kulitnya tidak berbeda.
Namun tiba-tiba pada umur 15 tahun keadaannya mulai berubah. Ia mulai membuat masalah di sekolah dan ragu akan identitasnya. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya dan ia bukan seorang Jerman.
Suatu kali ia pernah bertengkar dengan ibu angkatnya yang mengatakan pada Abu Musa, "Kamu bukan anakku.” Abu Musa menuturkan, "Kalimat itu terpatri dalam benak saya, lalu saya kembali dan bertanya pada ibu saya apa maksudnya. Ia menolak memberitahu, namun setelah saya berusaha membujuknya, ibu saya mengungkapkan semuanya. Ia masih menjalin komunikasi dengan orang tua kandung saya, lalu saya pergi untuk menemui mereka dan kemudian tinggal bersama mereka. " Demikianlah Abu Musa tinggal bersama orang tua aslinya selama beberapa tahun, hingga pada saat berusia 21 tahun ia memutuskan untuk pergi ke Bosnia. Abu Musa mempunyai pengalaman dengan video film dan editing, sehingga di Bosnia ia menjadi kameramen para mujahidin. Dengan demikian, selain membawa senapan Kalashnikov, ia selalu membawa kameranya dalam setiap pertempuran. Ia mendokumentasikan pertempuran di garis depan sambil ikut bertempur bahkan mencapai bunker tentara Serbia sebelum mujahidin lainnya. Ia berdiri di atas bunker-bunker itu, dengan orang-orang Serbia di dalamnya masih terus menembak.
Ia berkata pada seorang mujahidin, bahwa pada saat ia sampai di sebuah bunker, “Saya berpikir apakah lebih baik melempar granat ke dalam atau menaruh kamera di dalam bunker…” dan akhirnya ia memilih menaruh kamera di dalam untuk mendapatkan gambar terbaik, mengeditnya dan mengirimkannya kembali pada kaum muslimin yang tidak tahu sedikitpun tentang Jihad. Dengan demikian, mereka dapat melihat Jihad dalam pesawat televisi mereka dan mengetahui tentang kewajiban yang telah dilupakan Dunia Islam ini.
Itulah cita-citanya, ia ingin membuat rekaman yang terbaik dan karena itu ia selalu berada di garis depan bersama kameranya. Dalam operasi Miracle, ia berada dalam kelompok yang terdiri dari empat mujahid asal Turki yang bersumpah akan bertempur sampai mati. Mereka menepati janji mereka pada Allah, maka Allah menepati janjiNya pada mereka.
Banyak orang yang mengenal Abu Musa akan menggambarkannya sebagai orang yang kocak. Orang lainnya mungkin menilainya sebagai orang yang kurang cerdas namun sebenarnya ia sangat cerdas dan insya Allah, telah mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah (SWT).
"Saya berpikir apakah lebih baik melempar granat ke dalam atau menaruh kamera di dalam bunker… "
Abu Musa dilahirkan dari keluarga asal Turki di Jerman, namun keluarganya tidak memiliki uang sehingga menjualnya ke sebuah keluarga Jerman, yang mengasuhnya sebagai seorang non-Muslim. Di masa kecilnya, ia menjadi seorang siswa teladan dan bertingkah laku sangat baik. Tidak seorangpun merasa bahwa ia berbeda karena warna kulitnya tidak berbeda.
Namun tiba-tiba pada umur 15 tahun keadaannya mulai berubah. Ia mulai membuat masalah di sekolah dan ragu akan identitasnya. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya dan ia bukan seorang Jerman.
Suatu kali ia pernah bertengkar dengan ibu angkatnya yang mengatakan pada Abu Musa, "Kamu bukan anakku.” Abu Musa menuturkan, "Kalimat itu terpatri dalam benak saya, lalu saya kembali dan bertanya pada ibu saya apa maksudnya. Ia menolak memberitahu, namun setelah saya berusaha membujuknya, ibu saya mengungkapkan semuanya. Ia masih menjalin komunikasi dengan orang tua kandung saya, lalu saya pergi untuk menemui mereka dan kemudian tinggal bersama mereka. " Demikianlah Abu Musa tinggal bersama orang tua aslinya selama beberapa tahun, hingga pada saat berusia 21 tahun ia memutuskan untuk pergi ke Bosnia. Abu Musa mempunyai pengalaman dengan video film dan editing, sehingga di Bosnia ia menjadi kameramen para mujahidin. Dengan demikian, selain membawa senapan Kalashnikov, ia selalu membawa kameranya dalam setiap pertempuran. Ia mendokumentasikan pertempuran di garis depan sambil ikut bertempur bahkan mencapai bunker tentara Serbia sebelum mujahidin lainnya. Ia berdiri di atas bunker-bunker itu, dengan orang-orang Serbia di dalamnya masih terus menembak.
Ia berkata pada seorang mujahidin, bahwa pada saat ia sampai di sebuah bunker, “Saya berpikir apakah lebih baik melempar granat ke dalam atau menaruh kamera di dalam bunker…” dan akhirnya ia memilih menaruh kamera di dalam untuk mendapatkan gambar terbaik, mengeditnya dan mengirimkannya kembali pada kaum muslimin yang tidak tahu sedikitpun tentang Jihad. Dengan demikian, mereka dapat melihat Jihad dalam pesawat televisi mereka dan mengetahui tentang kewajiban yang telah dilupakan Dunia Islam ini.
Itulah cita-citanya, ia ingin membuat rekaman yang terbaik dan karena itu ia selalu berada di garis depan bersama kameranya. Dalam operasi Miracle, ia berada dalam kelompok yang terdiri dari empat mujahid asal Turki yang bersumpah akan bertempur sampai mati. Mereka menepati janji mereka pada Allah, maka Allah menepati janjiNya pada mereka.
Banyak orang yang mengenal Abu Musa akan menggambarkannya sebagai orang yang kocak. Orang lainnya mungkin menilainya sebagai orang yang kurang cerdas namun sebenarnya ia sangat cerdas dan insya Allah, telah mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah (SWT).
Filed Under:
Hikmah dan Kisah
Anda dapat turut serta menampilkan artikel anda dalam blog ini dengan mengirimkan email ke :
ats.tsaqofah@gmail.com
ats-tsaqofah@telkom.net
Sertakan pula identitas yang jelas. Terimakasih telah mengunjungi ats-tsaqofah.blogspot.com
0 comments
Trackback URL | Comments RSS Feed