• Berita Dunia

  • Berita Dalam Negeri

  • Seputar Khilafah

  • Tahukah Anda

  • Hikmah dan Kisah

  • Muslimah

  • Pendidikan Anak

Sambut Al Qaeda, Pasukan Khusus AS Latih Tentara Afrika

Ats Tsaqofah - eorang instruktur dari pasukan khusus AS menunduk ke arah roda kemudi, mengajari sekitar 50 orang prajurit Mali yang berkerumun di sekitar sebuah mobil pickup tentara mengenai cara seorang penumpang mengambil alih kemudi mobil jika sopirnya terbunuh dalam serangan. 

Pasukan elit Mali hanya memandang dengan tatapan bingung. “Tapi, bagaimana jika kami tidak tahu cara mengemudikan mobil?” tanya Sersan Amadou, menyuarakan sebagian besar kekhawatiran rekan-rekannya.

Ada beberapa yang tertawa, namun para prajurit Mali tidak tengah bercanda, sebagian besar unit pasukan di sana memang tidak bisa menyetir. Kurangnya kemampuan untuk melakukan hal-hal dasar semacam itu menggambarkan bagian dari jurang lebar pengetahuan yang coba dijembatani militer AS di Afrika saat mereka melatih pasukan setempat untuk menghadapi ancaman-ancaman dengan lebih baik.

Latihan yang digelar pada hari Senin di Kita, sebuah arena tembak di padang sabana di dekat ibu kota Mali, Bamako, tersebut hanya sebagian dari program ambisius Komando Afrika Pentagon, atau AFRICOM, untuk memberikan pelatihan kelas atas di enam negara Afrika dalam kurun waktu tiga minggu sepanjang bulan ini.

Lebih dari 200 pasukan Baret Hijau dari Komando Operasi Khusus dan dari Pasukan Khusus Marinir AS diterjunkan ke Mali, Mauritania, dan negara-negara lain yang berada di sebelah selatan Gurun Sahara.

Latihan tahunan, yang disebut “Flintlock,” tersebut ditingkatkan AS untuk mengahadapi operasi yang berhubungan dengan al-Qaeda yang semakin meningkat di kawasan luas perbatasan yang keropos dan kawasan suku yang tak mengenal hukum.

Para pejabat intelijen Barat memperkirakan bahwa ada sekitar 400 orang gerilyawan yang menjadikan sebelah utara Mali sebagai basis belakang mereka. Seorang turis Perancis yang diculik ditahan di suatu tempat di gurun tersebut, sementara enam orang lainnya disandera tahun lalu.

Yang lebih mengkhawatirkan bagi aparat, kelompok militan yang dikenal dengan sebutan al-Qaeda di Maghrib Islam (AQIM) kini diyakini AS bekerja sama dengan para penyelundup yang sering mempergunakan rute gurun untuk mengirimkan kokain dalam jumlah besar dari Amerika Selatan ke Eropa. Hal ini menghadirkan lebih anyak senjata dan uang ke kawasan tersebut, meningkatkan potensi kelompok-kelompok tersebut.

Pasukan kecil dari beberapa negara Eropa ditambah dengan 500 pasukan Afrika turut ambil bagian dalam latihan tahun ini, termasuk pula negara-negara yang tidak bersinggungan langsung dengan gurun, seperti Senegal.

“Intinya, kami harus mulai mempersiapkan diri untuk (melawan) al-Qaeda jika mereka datang kemari,” kata Mayor Cheikhna Dieng, yang memimpin 30 orang prajurit Senegal yang ambil bagian dalam latihan hari Senin.
“Mereka merekrut orang-orang, dan hal itu adalah ancaman yang kami anggap serius, karena lebih dari 90 persen populasi Senegal adalah Muslim,” katanya.

Pasukan di negara-negara miskin yang disinggahi kelompok-kelompok tersebut biasanya bukan tandingan para pelanggar hukum yang beranggotakan banyak orang dan bersenjata lengkap, dan ada banyak wilayah di timur Mauritania, selatan Mali, dan Niger, serta selatan Aljazair yang kini menjadi zona terlarang untuk dikunjungi.

Namun, militer Mali berencana merebut kembali wilayahnya dalam beberapa bulan ke depan, kata Kapten Ongoiba Alou, komandan embrio pasukan khusus Mali. “Latihan ini bertujuan agar pasukan kami mampu melawan pejuang,” katanya.

Ketidakmampuan sebagian besar anak buahnya untuk mengemudi menandakan kurangnya pendanaan untuk Mali, kata Alou.

“Mereka adalah pasukan elit kami,” katanya, kemudian menambahkan bahwa mereka telah membuktikan ketangguhan dalam pertempuran ketika terlibat bentrok dengan pemberontak etnis Tuareg yang berakhir beberapa tahun lalu di kawasan utara yang tidak stabil.

Sebagian besar anggota pasukan khusus Mali, yang dibentuk atas dorongan AS, berasal dari unit penerjun payung. Tapi, mereka kurang terlatih, seorang penerjun tewas minggu lalu dalam latihan terjun payug Flintlock. Investigasi masih berlangsung, namun para pejabat militer AS dan Mali mengatakan bahwa tampaknya kepala sang penerjun terbentur pesawat saat melompat.

Latihan menembak dengan amunisi asli dan melompat dari pesawat bisa jadi amat menantang bagi pasukan yang kurang terlatih dan kurang perlengkapan seperti pasukan Mali, namun para prajurit AS mengatakan bahwa mereka punya motivasi kuat.

“Berlatih bersama mereka juga merupakan kesempatan yang luar biasa untuk menjalin kontak,” kata Kapten Shane West, pemimpin Unit Pasukan Khusus AS yang memimpin latihan.

Aparat Mali dan Amerika memberikan perintah kepada Pasukan Khusus AS untuk memberikan latihan saja, tidak ada yang akan melakukan operasi sungguhan dalam ajang latihan Flintlock, kata West.

“Kami datang kemari untuk membantu negara tuan rumah mengatasi situasi apa pun yang mereka butuhkan,” katanya. “Kami melakukannya selangkah demi selangkah.”

Sumber : suaramedia.com




Bookmark and Share

Filed Under:

Anda dapat turut serta menampilkan artikel anda dalam blog ini dengan mengirimkan email ke :

ats.tsaqofah@gmail.com
ats-tsaqofah@telkom.net

Sertakan pula identitas yang jelas. Terimakasih telah mengunjungi ats-tsaqofah.blogspot.com


Leave a Reply