ABU MARYAM AL-AFGHANI
|
|
0 comments
Seorang mujahid sejak jihad Afghanistan, ia datang ke Bosnia pada tahun 1992. Semua mujahidin Arab dan Bosnia yang melihat Abu Maryam berkata, "Inilah seorang (yang akan) syahid…”
Suatu hari ia duduk bersama Abu Qutayfah al-Afghani, Abul Harith al-Bahraini, Abu Muassa alKassoori dan Abu Maidh al-Muhajir. Abu Maidh bertanya pada Abu Maryam: "Siapa yang akan mengurus anak perempuanmu bila engkau mati?"
Abu Maryam menjawab dengan yakin, "Allah yang akan mengurusnya.” Kemudian ia menunjuk ke arah langit, dan berkata, "Allah, Allah," kemudian ia menangis. Kemudian keempat mujahidin lainnya ikut menangis bersamanya.
Ia bertawakkal pada Allah SWT. Ia dikenal berakhlak baik, sering berpuasa dan tidak banyak berbicara. Abu Maryam syahid dalam operasi Illyash pada tahun 1992.
Istrinya, Ummi Maryam yang berasal dari Jerman gembira mendengar kabar tersebut. Ia seorang wanita mujahid, dengan sabar menerima kematian suaminya. Suatu hari saudara laki-laki Abu Maryam berniat untuk menikahinya. Ummi Maryam berkata, "Siapapun yang menikahi aku harus memenuhi satu syarat, yaitu ia akan tinggal bersamaku selama lima belas hari kemudian ia pergi melakukan Jihad."
Saudara Abu Maryam kemudian mengurungkan niatnya. Saudara perempuan Ummi Maryam, yang masih non muslim, terketuk melihat kesabaran saudaranya hingga kemudian ia memutuskan menjadi seorang muslimah. Saat ini alhamdulillah, ia telah menikah dan suaminya pun pergi berjihad.
Suatu hari ia duduk bersama Abu Qutayfah al-Afghani, Abul Harith al-Bahraini, Abu Muassa alKassoori dan Abu Maidh al-Muhajir. Abu Maidh bertanya pada Abu Maryam: "Siapa yang akan mengurus anak perempuanmu bila engkau mati?"
Abu Maryam menjawab dengan yakin, "Allah yang akan mengurusnya.” Kemudian ia menunjuk ke arah langit, dan berkata, "Allah, Allah," kemudian ia menangis. Kemudian keempat mujahidin lainnya ikut menangis bersamanya.
Ia bertawakkal pada Allah SWT. Ia dikenal berakhlak baik, sering berpuasa dan tidak banyak berbicara. Abu Maryam syahid dalam operasi Illyash pada tahun 1992.
Istrinya, Ummi Maryam yang berasal dari Jerman gembira mendengar kabar tersebut. Ia seorang wanita mujahid, dengan sabar menerima kematian suaminya. Suatu hari saudara laki-laki Abu Maryam berniat untuk menikahinya. Ummi Maryam berkata, "Siapapun yang menikahi aku harus memenuhi satu syarat, yaitu ia akan tinggal bersamaku selama lima belas hari kemudian ia pergi melakukan Jihad."
Saudara Abu Maryam kemudian mengurungkan niatnya. Saudara perempuan Ummi Maryam, yang masih non muslim, terketuk melihat kesabaran saudaranya hingga kemudian ia memutuskan menjadi seorang muslimah. Saat ini alhamdulillah, ia telah menikah dan suaminya pun pergi berjihad.
Filed Under:
Hikmah dan Kisah
Anda dapat turut serta menampilkan artikel anda dalam blog ini dengan mengirimkan email ke :
ats.tsaqofah@gmail.com
ats-tsaqofah@telkom.net
Sertakan pula identitas yang jelas. Terimakasih telah mengunjungi ats-tsaqofah.blogspot.com
0 comments
Trackback URL | Comments RSS Feed